Tahukah kamu, dalam industri budidaya udang, ada kegiatan pencopotan mata udang betina secara sengaja? Meskipun terdengar ekstrem, praktik ini sudah lama digunakan dalam industri budidaya udang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tapi, apa sebenarnya tujuannya dan apakah masih relevan untuk digunakan sekarang?
Tahukah kamu, dalam industri budidaya udang, ada kegiatan pencopotan mata udang betina secara sengaja? Meskipun terdengar ekstrem, praktik ini sudah lama digunakan dalam industri budidaya udang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tapi, apa sebenarnya tujuannya dan apakah masih relevan untuk digunakan sekarang?
{getToc} $title={Table of Contents}
Di dunia budidaya, produktivitas adalah segalanya. Nah, salah satu cara supaya udang betina bisa cepat bertelur adalah dengan mencabut salah satu matanya. Ternyata, di tangkai mata udang ada hormon yang berfungsi menahan pematangan telur. Dengan menghilangkan salah satu mata, produksi hormon itu berhenti, dan ovarium udang bisa lebih cepat matang. Teknik ini biasa dikenal dengan Eyestalk Ablation.
Teknik ini banyak digunakan di hatchery atau tempat penetasan, karena bisa mempercepat proses pemijahan dan menghasilkan lebih banyak benur (anak udang). Secara bisnis, tentu ini terlihat menguntungkan.
Praktik ini juga dikritik karena tidak sesuai dengan prinsip budidaya berkelanjutan dan standar kesejahteraan hewan. Tidak heran kalau banyak pihak mulai mengkritisi praktik ini dari sudut pandang kesejahteraan hewan. Organisasi seperti Shrimp Welfare Project dan Eurogroup for Animals bahkan mendorong industri untuk meninggalkan teknik ini, karena dianggap tidak lagi sesuai dengan prinsip budidaya yang berkelanjutan.
Alternatif ini terbukti tidak hanya lebih ramah hewan, tetapi juga dapat menjaga kualitas telur dan meningkatkan keberlangsungan usaha budidaya.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa metode-metode ini bahkan bisa memberikan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang, karena udang tetap sehat dan kualitas telurnya lebih stabil.
Meninggalkan eyestalk ablation bukan cuma soal etika, tapi juga strategi cerdas untuk jangka panjang. Industri yang sehat dan berkelanjutan butuh pendekatan yang menghargai makhluk hidup, bukan sekadar mengejar keuntungan cepat.{rightSidebar}
Kenapa Mata Udang Dicabut?
Di dunia budidaya, produktivitas adalah segalanya. Nah, salah satu cara supaya udang betina bisa cepat bertelur adalah dengan mencabut salah satu matanya. Ternyata, di tangkai mata udang ada hormon yang berfungsi menahan pematangan telur. Dengan menghilangkan salah satu mata, produksi hormon itu berhenti, dan ovarium udang bisa lebih cepat matang. Teknik ini biasa dikenal dengan Eyestalk Ablation.
Apa Itu Eyestalk Ablation dalam Budidaya Udang?
Eyestalk ablation adalah praktik mencabut atau merusak salah satu mata udang betina dengan tujuan mempercepat pematangan ovarium. Teknik ini banyak digunakan di hatchery atau tempat pembenihan udang, terutama untuk jenis Penaeus vannamei dan Penaeus monodon. Dengan menghilangkan salah satu mata, produksi hormon penghambat pematangan telur berkurang, sehingga udang bisa bertelur lebih cepat.
Teknik ini banyak digunakan di hatchery atau tempat penetasan, karena bisa mempercepat proses pemijahan dan menghasilkan lebih banyak benur (anak udang). Secara bisnis, tentu ini terlihat menguntungkan.
Mengapa Eyestalk Ablation Masih Digunakan?
Bagi para pelaku industri, eyestalk ablation dianggap sebagai cara cepat dan efektif untuk meningkatkan produksi benur (anak udang). Karena udang betina bisa bertelur lebih cepat dan lebih sering, maka hasil produksi hatchery menjadi lebih tinggi. Hal ini tentunya berdampak langsung pada keuntungan ekonomi.Dampak Negatif Eyestalk Ablation pada Udang Betina
Meskipun efisien dari sisi produksi, eyestalk ablation memiliki dampak negatif yang cukup serius, antara lain:- Tingkat stres yang tinggi karena prosedur dilakukan tanpa anestesi.
- Penurunan kualitas telur dan larva, yang berdampak pada produktivitas jangka panjang.
- Tingkat kematian induk udang lebih tinggi dibanding yang tidak melalui ablation.
- Risiko kesehatan pada keturunan yang dihasilkan, termasuk kerentanan terhadap penyakit.
Praktik ini juga dikritik karena tidak sesuai dengan prinsip budidaya berkelanjutan dan standar kesejahteraan hewan. Tidak heran kalau banyak pihak mulai mengkritisi praktik ini dari sudut pandang kesejahteraan hewan. Organisasi seperti Shrimp Welfare Project dan Eurogroup for Animals bahkan mendorong industri untuk meninggalkan teknik ini, karena dianggap tidak lagi sesuai dengan prinsip budidaya yang berkelanjutan.
Alternatif Eyestalk Ablation yang Lebih Etis
Untungnya, seiring berkembangnya teknologi di sektor akuakultur, kini tersedia beberapa alternatif tanpa eyestalk ablation yang mulai banyak digunakan oleh hatchery modern:- Pemberian pakan bernutrisi tinggi yang mendukung pematangan telur alami.
- Pengaturan lingkungan pemeliharaan seperti pencahayaan dan suhu air.
- Seleksi genetik terhadap induk udang unggul yang bisa matang tanpa perlu ablation.
- Penggunaan hormon alami atau biostimulan yang aman dan efektif.
Alternatif ini terbukti tidak hanya lebih ramah hewan, tetapi juga dapat menjaga kualitas telur dan meningkatkan keberlangsungan usaha budidaya.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa metode-metode ini bahkan bisa memberikan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang, karena udang tetap sehat dan kualitas telurnya lebih stabil.
Menuju Budidaya yang Lebih Ramah dan Etis
Industri perikanan, termasuk budidaya udang, kini mulai bergerak ke arah yang lebih etis dan berkelanjutan. Konsumen juga semakin peduli dengan asal-usul produk yang mereka konsumsi—bukan cuma soal rasa atau harga, tapi juga cara produksinya.Meninggalkan eyestalk ablation bukan cuma soal etika, tapi juga strategi cerdas untuk jangka panjang. Industri yang sehat dan berkelanjutan butuh pendekatan yang menghargai makhluk hidup, bukan sekadar mengejar keuntungan cepat.{rightSidebar}
Eyestalk Ablation, Praktik Kontroversial dalam Budidaya Udang yang Perlu Diketahui
Attention: Before you decide to do something after reading this article, make sure you read the Disclaimers of this blog first.